Ana Abdullah

Ana Abdullah! Ucapan apalagi yang lebih menggetarkan dari itu semua. Saat semua berlomba membesarkan dan memamerkan diri dengan apa yang dimilki. Ana Abdullah! Ketika diri berada di tengah kerumunan orang-orang besar yang memilki nama, tentang talenta dan kelebihan yang dimiliki orang-orang tersebut, tentang apa yang tak kita punya dari itu semua, maka tak lain jawabnya Ana Abdullah.

Saya adalah hamba Allah. Cukuplah itu sebagai ucapan dan pengakuan akan diri kita, siapa kita. Ketika dikaruniai kelebihan, yang dengan kelebihan itu banyak hal yang kita bisa lakukan, banyak hal yang bisa kita wujudkan, kita adalah hamba Allah, dan jangan merasa besar karenanya. ketika saat itu kita belum ada apa-apa, tentang hal-hal yang tidak kita miliki, tentang hal-hal yang belum bisa kita raih, kita adalah hamba Allah, jangan merasa rendah di hadapan manusia.
Kedua hal tersebut memiliki sisi-sisi yang sama. Merasa besar di tengah kerumunan orang-orang tidak lain adalah perbuatan pongah yang tidak diizinkan. Sebaliknya merasa kecil dengan apa yang tidak kita punya, padahal barangkali bukan tidak punya sebenarnya tapi tidak menyadarinya saja, belum atau juga tak mau menggalinya itu juga bukanlah perkara yang dikehendaki Sang penguasa.
Seperti apapun, kita adalah hamba Allah. Sebab banyak yang merasa besar kemudian ingin selalu dianggap, dikenal, disanjung, dinomor satukan dimana saja berada, dan oleh siapa-siapa saja. Hal itu selalu yang menjadi obesesi, rasian angan-angan sepanjang jalan. Kemudian ada yang merasa fakir di hadapan makhluk, karenanya menjadikan diri sendiri seperti tak ada harganya.
Maka apapun, jadilah itu saja. Ana Abdullah, yang dengannya tiada kefakiran dalam jiwa kita. Kita tak merasa besar, juga tidak merasa rendah di hadapan manusia. Soal kita tidak mempunyai apa-apa bukankah tadi sudah dibahas, tapi jika itu sudah semaksimal-maksimalnya usaha kita, itulah ketentuan yang barangkali belum diizinkan bagi kita untuk memilkinya atau siapa tahu Dia menghendaki sesuatu yang lain, yang lebih pantas untuk kita, dan inilah yang paling benar. Dari kesemuanya disanalah penerimaan dan kesyukuran kita.
Tanjung Balai Karimun, stlh mnmbhkan ksadrn

0 komentar:

Posting Komentar